Dongeng Jepang : 3 Lembar Ofuda
Zaman dahulu kala
hiduplah seorang kakek pendeta dan biksu kecil disebuah kuil yang berada dikaki
gunung. Sibiksu kecil memohon kepada kakek pendeta supaya diizinkan memungut
kacang kastanye di dalam hutan.
Kakek
pendeta berkata “ Sebenarnya Kamu boleh memungut kastanye didalam hutan tapi
disana ada moster bernama Yamanba*, kamu tidak boleh pergi !”
“Yang
namanya mosters Yamanba itu tidak ada, itu kan hanya cerita bohong” kata si
biksu kecil tidak mau mendengarkan kakek pendeta.
Dengan
berat hati kakek pendeta menginzinkan si biksu kecil pergi kehutan lalu berkata
“Jika kamu mengalami kesulitan gunakanlah benda ini” kata si kakek pendeta
sambil memberikan 3 Lembar Ofuda*.
Si
biksu kecil sangat senang, Kemudian dengan terburu-buru dia mulai melangkah
menuju hutan.
Karena
dia terlalu fokus memungut kacang kastanye si biksu kecil tidak sadar dia sudah
terlalu jauh masuk kedalam hutan. Kemudian hari semakin gelap, dari arah dalam
hutan terdengar suara “
Selamat siang, aku punya banyak
kacang kastanyet yang besar loh” .
Sibiksu
kecil gemetaran bukan main, dan berkata “Itu pasti Yamanba yang di ceritakan
oleh kakek pendeta, harusnya aku tidak datang kemari”.
Tetapi ternyata pemilik suara itu bukan Yamanba melainkan seorang nenek yang
sedang melintas. Dia berkata “ Hari ini menginaplah di rumah nenek, pulanglah
nanti paginya, nenek punya banyak kacang kastanye dirumah loh” .
Kemudian
si biksu kecil memutuskan menginap di rumah nenek tersebut. Ditengah malam,
sibiksu kecil terbangun karena mendengar suara-suara aneh seperti suara orang
yang sedang mengasah sebuah pisau. Betapa terkejutnya si biksu kecil ketika
melihat nenek yang baik hati tadi berubah menjadi Yamanba si moster pemakan
manusia.
“Aku ingin kecing ” kata sibiksu kecil
“Ya
sudah kecinglah disini”Kata Yamanba.
Kemudian
Yamanba mengikat tubuh sibiksu kecil dengan tali dan membawanya ke arah kamar
mandi. Yamanba terus menunggu sibiksu kecil di depan pintu kamar mandi sambil
berkata :
“Sudah
selasai kecing nya ?”
“Sebentar
lagi selesai” kata sibiksu kecil menjawab.
Didalam
kamar kecil sibiksu kecil mengeluarkan selembar Ofuda yang diberikan oleh kakek
pendeta. Kemudian berkata “ Ofuda sebagai ganti diriku teruslah jawab
pertanyaan Yamanba” kata sibiksu kecil sambil mengikatkan Ofuda dipinggir
jendela”.
Yamanba
kembali berkata “Sudah selasai kecing nya?”
“Sebentar
lagi” kali ini yang menjawab bukan sibiksu kecil tapi selembar Ofuda.
“Akh,
aku sudah tidak bisa menunggu lagi !” kata Yamanba kesal sambil menarik tali
yang tadi ia ikatkan kepada si biksu kecil. Tetapi bukannya sibiksu kecil yang
keluar malah kayu pinggiran jedela yang ia dapat.
Sibiksu kecil yang tadi melarikan diri ternyata sudah melewati hutan dan sudah sampai
dilembah. Tetapi Yamanba tetap mengejarnya sampai lembah dan semakin dekat
dengan sibiksu kecil.
Sibiksu kecil kemudian mengeluarkan lembar ke 3 Ofuda dan berteriak “
Ofuda jadilah lautan api”
Kemudian
lautan api itu menghentikan langkah mosnter Yamanba, akan tetapi Yamanba
mengeluarkan air dari mulutnya dan seketika api tersebut mati.
Ketika
Yamanba sibuk mematikan api dengan air dari mulutnya, sibiksu kecil melarikan
diri ke kuil milik kakek pendeta.
Sibiksu kecil berkata “ Tuan kakek pendeta
tolong buka pintunya !”
Kakek
pendeta membuka pintu dan menyembunyikan si biksu kecil di kamar sebelahnya.
“Woy
buka pintunya !” kata Yamanba sambil melangkah kedalam kuil.
Yang
Yamanba temukan didalam kuil bukannya sibiksu kecil malahan si kakek pendeta.
“Cepat
serahkan sibocah kecil itu !” kata Yamanba
“Sabar
dulu sebelum aku serahkan si bocah kecil itu mari kita adu jurus” kata si kakek
pendeta mengalihkan pembicaraan sambil memanggang daging dikompor.
Yamanba menuruti apa yang dikatakan oleh si kakek pendeta. Kemudian si kakek bertanya, “Bisakah kau menjadi besar ?”
Yamanba menuruti apa yang dikatakan oleh si kakek pendeta. Kemudian si kakek bertanya, “Bisakah kau menjadi besar ?”
“itu
sangatlah gampang” kata Yamanba.
“Jadilah
besar, Jadilah besar !” kata si kakek pendeta.
Seketika
itu pula ukuran tubuh Yamanba berubah menjadi besar sampai mencapai
langit-langit kuil.
“Wah
luar biasa” kata sikakek pendeta memuji .
Kemudian
si kakek pendeta berkata,
“Jadilah
kecil, jadilah kecil, sekecil natto* !” setelah si kakek pendeta selesai bicara
tubuh Yamanba pelan-pelan mengecil.
“
Mengecil, Mengecil”
“Mengecil,
dan Mengecil”
Setelah
Yamanba mengecil menjadi seukuran natto* si kakek pendeta memanggang nya
kemudian melipat bagian tubuhnya dan terakhir si kakek pendeta memakan bulat-bulat
moster Yamanba.
END
Hayo amanat apa yang bisa diambil cerita diatas ? ^_^ Yups
Amanat ceritanya adalah kita harus mendengarkan nasehat orang yang lebih
tua dari kita dan satu lagi jangan mudah percaya dengan orang yang baru kita
kenal yah walaupun orang itu terlihat sangat baik.
Sekian dulu ceritanya tunggu terus update artikel-artikel yang lainnya
jangan lupa kritik dan saran nya karena saya masih harus banyak belajar. Terima
kasih.
Baca juga : Dongeng Jepang : Perang Kepiting dan Monyet
Note :
Ofuda : Sejenis kertas jimat bertuliskan nama
dewa atau nama kuil suci.
Yamanba : Moster dengan rambut blonde
Natto : Makanan tradisional Jepang yang terbuat dari biji kedelai
Natto : Makanan tradisional Jepang yang terbuat dari biji kedelai
Post a Comment for "Dongeng Jepang : 3 Lembar Ofuda"