Dongeng Jepang : Gunung Kachi Kachi, Apa yang Kita Tabur Itu yang Akan Kita Tuai
Gunung
Kachi-Kachi
Zaman dahulu kala,
Disuatu tempat hiduplah sepasang kakek nenek.
Kakek nenek ini ladangnya sering diacak-acak oleh seekor Tanuki. Oleh karena itu, si kakek memasang
jebakan, Disuatu hari pada akhirnya si Tanuki
terkena jebakan tersebut.
“Kamu telah berkali-kali mengacak-ngacak ladangku, lihat saja
akanku ubah kau menjadi sup, dan langsung kumakan lahap-lahap” kata si kakek
kesal.
Sikakek mengikat si Tanuki
diatas tiang didepan rumahnya. Kemudian ia pergi ke ladang.
“Sakit, kumohon tolong aku, aku tidak akan lagi berbuat jahat lagi kumohon” kata si Tanuki terus
berteriak minta tolong.
Si nenek yang berada dirumah merasa kasihan dan akhirnya
melepaskan tali yang mengikat si Tanuki
tersebut.
“Kasian sekali’ kata si nenek
Ketika tali dilepas si Tanuki langsung mengamuk,dia mencakar, memukul si
nenek. Sampai si nenek mati terbunuh.
Akhirnya sikakek pulang kerumah,
Si kakek sangat terjekut menemukan si nenek sudah dalam
keadaan tidak bernyawa.
Ketika si kakek melihat kearah jendela, ia melihat si Tanuki melarikan diri sambil berkata,
“ Rasakan itu !”sambil menjulurkan lidah keluar.
Si kakek yang merasa sedih terus menangisi
kepergian si nenek, suatu ketika si kelinci datang mengunjungi rumah si kakek.
“Kakek, ada apa ?”
Tanpa jawaban dari si kakek , si kelinci marah
sambil berteriak,
“Akan kuberi pelajaran si Tanuki jahat itu !”
Ke esokan harinya,
Si kelinci mengajak bicara si Tanuki.
“Tuan Tanuki maukah kau membawa kayu-kayu ini ke
gunung, nanti upahnya akan kuberi kau kue mochi”
Si Tanuki
yang sangat suka makan sangat senang dan menerima tawaran si kelinci.
Ia menggandong kayu-kayu itu dipunggungnya. Si kelinci yang berada dibelakang si Tanuki hendak menyalakan api dengan menggunakan
dua batu, “Kachi, kachi” bunyi yang
dikeluarkan dari dua batu yang bergesekan.
“Eh suara “Kachi
kachi itu maksudnya apa?” kata si Tanuki
“Oh itu nama Gunung ini “Gunung Kachi-kachi”kata si kelinci berbohong.
Perlahan-lahan api mulai membakar kayu-kayu yang
di gendong si Tanuki.
“Sekarang terdengar suara “Buo, bou” itu suara apa yah ?” kata si Tanuki bertanya pada si Kelinci.
“Oh itu karena kita sedang ada di “Gunung Bou bou” kata si kelinci menimpali.
Kemudian kayu-kayu yang digendong oleh si Tanuki mulai mengeluarkan asap.
“Wuaaaaah” Kata si Tanuki yang kepanasan terkena api dari kayu-kayu yang ia gendong.
Ia lari terbirit-birit menjauhi si kelinci.
Dikeesokan harinya si kecinci berkujung kerumah
di Tanuki. Ternyata si Tanuki sedang mengerang kesakitan akibat
luka bakar yang ia derita.
“Tuan Tanuki
kau lagi sakit yah, sini aku oleskan
salep yang mujarab untukmu” kata si kelinci.
Padahal salep yang yang hendak dioleskan oleh si
kelinci ada campuran cabe merah dan wasabi*
“Hiiiiiiiii....”Kata si Tanuki mengerang. Kemudian
ia pingsan ditempat.
Setelah luka bakar yang diderita oleh si Tanuki sembuh, si kelinci kembali mengundang si Tanuki.
“Mari kita menangkap ikan dengan perahu tuan Tanuki”.
“Disini aku punya dua perahu yang satu perahu yang
kecil yang terbuat dari kayu dan satu
lagi perahu besar yang terbuat dari lumpur silahkan pilih tuan Tanuki” kata si kelinci.
Si Tanuki yang rakus tentunya memilih menaiki
perahu besar yang terbuat dari lumpur, agar bisa menangkap ikan yang banyak
nantinya.
Si kelinci akhirnya menaiki perahu kecil yang
terbuat dari kayu dan keduanya mulai memancing ketengah sungai.
Tidak beberapa lama, akhirnya perahu besar yang
dinaiki oleh si Tanuki lumpurnya mulai meleleh dan menyebabkan si Tanuki terlempar ke air.
“Uaaah, perahunya tenggelam tolong aku kelinci aku
tidak bisa berenang” kata si Tanuki.
Tapi,
Si kelinci sama sekali tidak menolong si Tanuki.
“Ini adalah balasan karena kamu telah membunuh si
nenek, ingat baik-baik ! “ Teriak si kelinci.
Si Tanuki terus berusaha berenang tapi ia malah
tenggelam bersamaan dengan perahu yang ia naiki tadi.
END
Amanat yang bisa diambil
dari cerita diatas adalah, “Perbuatan buruk pasti akan ada balasannya” seperti
yang tercermin di cerita diatas dimana si Tanuki
Jahat yang selalu mengacak-ngacak ladang si kakek, bahkan membunuh si nenek
dibalas oleh si kelinci dengan memanfaatkan sifat rakus si Tanuki. Itu artinya apa yang kita perbuat akan kita tuai di masa
depan. Karma OTW ^,^. Makanya temen-temen jangan punya sifat jelek kaya Tanuki yah.
Seperti yang udah diceritakan di
dongeng sebelumnya Bunbuku Chagama, Teko Teh Pembagi KeberuntunganTanuki
adalah sejenis anjing rakun. Di masyarakat Jepang sendiri hewan Tanuki ini
digambarkan dengan binatang yang memiliki sifat yang nakal dan juga periang,
namun sangat mudah tertipu dan linglung. Tanuki memiliki benda ajaib berupa
daun yang dapat memberikannya kekuatan untuk berubah wujud menjadi sebuah sosok
lain.
Segitu dulu cerita nya nantikan artikel seru lainnya see u
again....
Note :
Wasabi : Sambal pedas Jepang.
Post a Comment for "Dongeng Jepang : Gunung Kachi Kachi, Apa yang Kita Tabur Itu yang Akan Kita Tuai"